Monday, May 9, 2016

Zarathustra: Tentang Kegembiraan dan Gairah



SAUDARAKU, jika engkau memiliki sebuah kebajikan dan ia kebajikanmu sendiri, engkau memilikinya tanpa kesamaan dengan seorang pun.
                Tentu, engkau ingin memanggilnya dengan sebuah nama dan membelainya; engkau ingin menjewer kupingnya dan menyenang-nyenangkan dirimu dengannya.
                Dan awas! Kini engkau namai ia sebagaimana lazimnya orang-orang lain dengan engkau menjadi bagian orang-orang dan kawanan dengan kebajikanmu!
                Lebih baik bagimu berkata: “Tak terucapkan dan tak bernama ia yang menyiksa dan amat menggembirakan jiwaku dan menjadi laparku.”
                Biar kebajikanmu menjadi terlalu mulia untuk nama-nama yang akrab: dan jika engkau terpaksa membicarakannya, tak perlu malu kalau engkau tergagap-gagap.
Demikian katakan dan tergagaplah: “Inilah kebaikanku, ini yang kucintai, justru demikianlah aku menyukai ia, hanya demikian memang aku harap kebaikan itu.
“Tak aku kehendaki ia menjadi hukum Tuhan, aku tak menginginkannya menjadi aturan manusia: jangan jadikan ia papan penunjuk menuju maha-bumi dan surga.
“Kebajikan bumilah yang aku cintai: hanya ada sedikit sikap bijaksana disana, dan semakin sedikir kearifan bersama.
“Tapi burung ini telah membuat sarangnya di atap rumahku: maka aku cinta dan hargai ia—kini ia erami telur-telur emasnya.”
Demikianlah hendaknya kalian tergagap-gagap, memuji kebajikan kalian.
Pernah nafsu yang engkau miliki kau sebut kejahatan. Tapi kita hanya kebajikanmulah yang ada padamu: kebajikan yang timbul dari nafsu-nafsumu.
Engkau taruh tujuan tertinggimu di jantung nafsu-nafsu ini: maka jadilah mereka kebajikan dan kegembiraanmu.
Dan biarpun engkau berasal dari keturunan berdarah-panas atau bernafsu menggelegak atau dari kaum fanatik atau dari golongan pembalas dendam:
 Pada akhirnya seluruh nafsu kalian telah menjadi kebajikan dan semua setanmu menjadi malaikat.
Pernah kalian punya anjing-anjing galak di ruang bawah tapi akhirnya berubahlah mereka menjadi burung-burung dna pendendang manis.
Dari racun itu kalian memasak balsem; kalian perah lembu-lembu, kemalangan kalian, kini kalian minum susu manis yang datang dari ambingnya.
Dan sejak itu tak ada kejahatan yang akan keluar dari dirimu, kecuali kejahatan yang muncul dari perselisihan di antara kebajikan-kebajikanmu.
Sahabatku, kalau beruntung, engkau mendapat tak lebih dari satu kebajikan saja: demikianlah engkau akan lebih mudah melintasi jembatan itu.
Mempunyai banyak kebajikan sungguh mendatangkan penghormatan, tapi itu menyulitkan hidup orang; banyak orang lari ke gurun untuk membunuh dirinya lantaran jemu menjadi pertempuran dan medan pertempuran di antara kebajikan-kebajikan itu.
Sahabatku, adakah perang dan pertempuran itu jahat? Tapi kejahatan ini perlu, cemburu dan ketidakpercayaan dan khianat antara kebajikan-kebajikanmu itu penting.
Awaslah bagaimana masing-masing kebajikanmu memberahikan tempat paling tinggi: ia ingin seluruh rohmu dapat menjadi berantaranya, ia ingin segenap kekuatan yang kau miliki dalam marah, benci dan cinta.
Setiap kebijakan mencemburui kebajikan lain, dan kecemburuan itu mengerikan. Karena kebajikan dapat hancur oleh cemburu.
Ia yang dikelilingi nyala kecemburuan kelak akan mengarahkan sengat berbisa pada dirinya, laiknya kalajengking.
Ah, Sahabat, tak pernahkah engkau lihat satu kebajikan berbalik melawan dirinya dan menikamnya sekalian?
Manusia itu adalah apa-apa yang harus di atasi: dan dengan alasan itu engkau harus cintai kebijakan-kebijkanmu—sebab engkau akan dibinasakan oleh mereka.

Demikian kata Zarathustra.

No comments:

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More